Oleh: Suwarni Sulaiman
Semenjak kepergian almarhum Ayahanda Drs. H. Ali Taher Prasong, SH, MH menghadap keharibaan ilahi Rabbi pada hari Ahad yang lalu, banyak sekali masyarakat yang menaruh perhatiannya menyatakan turut berdukacita melalui media sosial juga melalui grup-grup WhatsApp dan lain-lain.
Tak hanya sampai disitu. Ta’ziyah online pun juga digelar selama tiga hari berturut-turut. Selain menyampaikan doa juga ungkapan hati serta testimoni dari seluruh sahabat, keluarga dan juga rekan kerja almarhum.
Dari Ta’ziyah ini memberikan pelajaran yang sangat berharga juga memberi inspirasi kepada kita tentang sepak terjang almarhum yang luar biasa. Pria kelahiran Solor Lamakera ini sejak kecil masih usia Sekolah Dasar (SD) sudah merantau ke Jakarta karena alasan ekonomi keluarga. Sampai di Jakarta Almarhum tinggal di panti asuhan Muhammadiyah Jakarta hingga kuliah.
Berawal dari sinilah Almarhum di besarkan dalam organisasi Muhammadiyah mulai dari Pengurus pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kemudian lanjut lagi menjadi Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah sampai pada pengurus pusat Muhammadiyah.
Dari berbagai testimoni yang ada terasa bergetar hati ini begitu melihat gambaran perjuangannya dalam membantu masyarakat di kampung halaman juga masyarakat di tanah rantau.
Almarhum begitu perhatian kepada masyarakat kecil karena Almarhum juga pernah merasakan hal yang sama bagaimna Dia dibesarkan di tengah kondisi ekonomi keluarga menengah ke bawah.
Harianto Thohari Duta besar Indonesia untuk Libanon menguraikan testimoni dengan panjang lebar langsung dari Libanon dengan menekankan kepada generasi muda untuk mencontoh akhlak Almarhum yang dermawan dan suka membantu bagi kaum lemah. Tokoh panutan yang layak ditiru. Beliau pun menantang para generasi muda untuk berani menulis kisah hidup Almarhum yang sangat menginspirasi banyak orang tersebut.
Testimoni lagi yang lain dari Tokoh Muhammadiyah Prof Din Syamsudin, Abdul Mu’ti, Rektor UIN Makassar, Rektor UMJ, ketua PWM Banten dan masih banyak lagi sahabat karibnya waktu kuliah maupun rekan kerjanya di DPR memberikan testimoni tentang kiprahnya dimasa hidupnya berjuang untuk masyarakat dikampung halaman, juga umat dan bangsa secara keluruhan.
Ada lagi tema dan rekan kerja yang lain lagi juga memberikan testimoni yang sama. Saking akrabnya mereka dan dengan menunjukkan sikap dan rasa bangganya mereka selalu diplesetkan gelar yang ada di pundaknya almarhum ketika masih hidup dalam berbagai acara mereka selalu mengungkapkan gelar SH. MH (Sudah Hitam.Makin Hitam namun hatinya selalu putih bersinar) Subhanallah…
Sesungguhnya almarhum belum meninggal dunia karena karya dan pengabdiannya selalu dikenang. Seperti pepatah Gajah mati meninggalkan taring manusia mati meninggalkan karya dan amal shaleh. Insya Allah menjadi amal jariyah yang pahalanya tak akan pernah putus.
Selamat jalan Ayahanda, insya Allah surga menantimu. Allahummaghfilahu warhamhu wa’fifi wa’fu’anhu. Aamiin Allahumma Aamiin.