banner 728x250

Semua Orang adalah Pemimpin*

Pesantren Kedpemimpinan ICMI Orda Kota Tangerang
banner 120x600
banner 468x60

Oleh: Karina Kurnia Sari**

Katanya, pemimpin adalah seseorang yang egois dan hanya bisa menyuruh-nyuruh saja.

banner 325x300

Katanya, pemimpin adalah seseorang yang memiliki sifat tamak dan kejam.

Tetapi, “katanya” tetaplah “katanya”. Sifat seperti itu bukanlah sifat seorang pemimpin yang baik. Pemimpin seperti itu bahkan tidak pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin, orang itu patut dipanggil “Orang egois”.

Pemimpin adalah seseorang yang bisa mengajarkan kepada rekannya dan mengajak untuk berhasil bersama. Pemimpin adalah seseorang yang bisa menjadi panutan. Bisa bersikap bijaksana, bertanggung jawab, teguh pada pendirian dan bisa bersikap adil. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa menghargai pekerjaan orang lain. Sosok pemimpin haruslah menyebarkan aura positif, agar rekannya pun bahagia sehingga tim itu bisa sukses bersama.

Membahas mengenai sosok pemimpin, saya teringat akan satu sosok yang amat saya sangat sayangi.

Beliau adalah seseorang yang bisa memotivasi saya, beliau juga mengoreksi saya dengan bijak sehingga saya pun bisa terus berkembang menjadi lebih baik. Saya tau ia rapuh, tetapi ia terus berusaha untuk terlihat kuat di depan saya. Jika saya kesulitan, ia rela meluangkan waktu untuk menemui dan menolong dengan ikhlas. Ia suka memberi dan tidak mengharapkan kembali. Dia adalah papah saya. Sosok penginspirasi dan sumber penyemangat dalam hidup ini. Walaupun ia gagal dalam memimpin jalannya rumah tangga, setidaknya ia berhasil memimpin saya untuk menjadi anak yang mandiri.

Mungkin ada dari pembaca yang bertanya, “ayah kan keluarga, kok bisa jadi tokoh pemimpin?”. Jawabannya tentu saja bisa.

Saya pernah diberitahu bahwa pemimpin tidak harus seorang bos besar, tidak juga harus seorang yang memiliki banyak pendukung. Pemimpin bukan lah orangnya, tapi sifatnya. Dengan begitu, semua orang bisa menjadi pemimpin. Bisa saja ayah kamu, ibu kamu, kakak kamu, adik kamu ataupun diri kamu sendiri.

Jika saya boleh jujur, saya akan mengatakan menjadi pemimpin untuk diri sendiri lebih sulit. Mengapa demikian? Karena hal yang harus dikendalikan adalah nafsu dan pikiran sendiri.

Berbagi sedikit cerita, saya pernah gagal memimpin pikiran saya sendiri. Saya menganggap bahwa saya telah gagal menjadi seorang manusia. Saya kerap kali melabelkan diri dengan hal-hal yang negatif sehingga hari-hari saya pun penuh dengan rasa kecewa. Hal tersebut membawa diri saya nekat untuk melakukan hal yang tidak manusiawi. Ya, hal tersebut saya lakukan pada diri sendiri.

Beruntungnya saya bertemu dengan sosok guru yang bisa mengajarkan saya untuk memimpin pikiran ini, sehingga saya pun mulai berpikir dan menyadari bahwa kejadian yang lalu adalah sumber kekuatan saya untuk di masa depan. Kejadian tersebut bisa mendewasakan saya dan saya bangga dengan itu.

Tidak sampai di sini saja. Karena saat ini, saya memulai kisah kepemimpinan baru dengan teman-teman baru. “Pesantren Kepemimpinan” mempertemukan kami. Tentunya kesempatan ini bisa menjadi hal pembelajaran untuk saya dan teman-teman saya untuk terus belajar mengenai banyak hal, tidak hanya kepemimpinan.

Karena pada dasarnya, manusia akan selalu belajar dan belajar hingga akhir hayatnya. Belajar baik, belajar bijaksana, belajar adil, belajar untuk menjadi pemimpin. Karena kita semua adalah pemimpin.

Kita semua, seorang pemimpin.

Keterangan

* Tulisan ini merupakan tugas individu setelah mengikuti materi Writing for Change dengan pemateri Ade Zaenudin, MA., dalam rangkaian acara Pesantren Kepemimpinan yang diselenggarakan oleh ICMI Orda Kota Tangerang pada tanggal 25 Ramadhan 1443 H/27 April 2022

**Karina Kurnia Sari adalah siswi SMA PGRI 117 alumni PENA (Pesantren Kepemimpinan) angkatan 1 ICMI Orda Kota Tangerang.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *