banner 728x250

Pentingnya Kaderisasi Sebagai Tonggak Penerus Perjuangan

banner 120x600
banner 468x60

Oleh: Dudi Safari
Pemuda Persis Kec. Paseh – Sumedang

banner 325x300

Tak ada suatu bangsa yang terbelakang menjadi maju melainkan sesudahnya mengadakan dan memperbaiki didikan anak-anak dan pemuda mereka. 

Mohammad Natsir –

Setiap perjuangan apa pun bentuknya sangatlah membutuhkan para pendukung.

Pendukung yang kelak disebut sebagai kader adalah orang-orang yang concern terhadap perjuangan yang telah dibangun atau sedang dirintis.

Dalam sebuah perjuangan, basis pendukung itu terbagi menjadi dua;

Pertama, basis kader. Basis kader atau pendukung asasi adalah para pejuang yang mempunyai militansi yang tinggi merekalah orang-orang yang tak kenal medan dan keadaan, mereka yang sanggup menghabiskan pemikiran, waktu, tenaga dan hartanya untuk sebuah perjuangan.

Dengan demikian kader tidak selalu banyak dalam kuantitas tetapi memiliki kualitas yang mumpuni. Berkaca dari sirah nabawiyyah bagaimana Rasulullah Saw.memiliki basis kader yang sangat solid  313 pasukan Badar adalah contoh real dalam sebuah bangunan komunitas agama.

Bagaimana mungkin sepasukan kecil yang hanya berjumlah 313 orang mampu mengalahkan pasukan lawan berjumlah 1000 orang. Basic pasukan kaum Muslimin adalah ketaatan kepada Allah sementara kaum Kafir Quraisy motivasinya adalah ketakutan akan kehilangan wibawa.

Jadi sangat jauh berbeda motif atau niat dari kedua belah pihak dalam berjuang.

Kedua, basis massa. Basis massa adalah sekelompok pendukung bersifat temporal, basis massa ini dalam segi jumlah sangatlah tak terbatas namun mereka hanya hadir di acara-acara yang bersifat insidental saja.

Contoh adalah para pendukung partai politik saat mengadakan kampanye di sebuah stadion jumlah massa bisa mencapai ratusan ribu orang.

Hitungan banyak jumlah mereka tidak menandakan kekuatan real mereka, massa yang hadir sering kali hanya bersifat pragmatis bahkan disinyalir adanya politik uang untuk menggerakkan massa tertentu.

Hal ini tentu tidak baik bagi sebuah organisasi sebab latar belakang para pendukung  tidak sama bahkan bisa jadi bertolak belakang.

Kaum Muslimin pun mendapat ujian soliditas saat perang Uhud. Saat itu pasukan kamu Muslimin bertambah hampir tiga kali lipat jumlahnya dari perang sebelumnya.

Ketika Rasulullah Saw. mengajak kaum Muslimin untuk menghadang kaum Quraisy di Uhud jumlah mereka hampir seribu orang. Namun di tengah perjalanan kaum Munafik pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul membelot berbalik arah pulang ke Madinah dengan membawa serta tiga ratus orang lainnya.

Ternyata basis massa itu sangat riskan dan rawan akan pembelotan.

Pemuda Persatuan Islam (PERSIS) sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan

Menjelang pelantikan tasykil (susunan pengurus) PD. Pemuda Persis Sumedang masa jihad 2022-2025, seyogianya  orang-orang yang terpilih nanti sebagai pengurus adalah orang-orang yang memiliki militansi yang tinggi dalam perjalanan masa jihadnya.

Jika tidak kita akan diingatkan oleh nasihat dari seorang guru Persatuan Islam Al-Ustadz Sidik Amin Allahu yarhamuhu.

Setelah terbentuknya struktur kepengurusan jangan hanya sekedar susunan untuk mengisi pos bidang saja, “ulah tuk cing dibentuk tuluy caricing (jangan setelah dibentuk kemudian diam).” Slogan lain yakni wujuduhu ka adamihi (adanya itu seperti tidak adanya).

Apakah militansi bisa ditumbuhkan? Ya, militansi itu bisa ditumbuhkan. Sistem yang benar akan membawa organisasi ada di rel yang benar pula.

Sementara sistem yang salah akan membawa orang-orang yang di dalamnya dengan apa yang disebut sebagai lingkaran setan.

Katanya sekelas malaikat pun jika masuk ke sistem yang salah maka akan terbawa menjadi setan. Ungkapan itu tak sepenuhnya benar tapi tak sepenuhnya juga salah.

Kenyataannya jika seseorang yang mempunyai prinsip hidup baik maka dia serta merta akan mengundurkan diri dari sistem yang dia anggap bertolak belakang dengan keyakinan hatinya.

Dengan iklim organisasi yang kondusif juga bisa membangun militansi anggota. Tidak ada claster  dalam tubuh organisasi.

Secara garis besar pembentuk militansi dari sebuah organisasi secara umum adalah; adanya Sistem yang baik dan suasana organisasi yang kondusif jauh dari berbagai kegaduhan yang tak penting.

Pemuda Persis terkhusus Pimpinan Daerah Sumedang yang baru saja terpilih sebagai pelanjut amanat musyawarah daerah (musda) adalah harapan nyata dari sebuah organisasi besar bernama Persatuan Islam.

Hari ini Pemuda Persis besok akan menjadi Persis. Sebuah organisasi mapan tidak harus selalu hiruk pikuk atau riuh rendah suara massa, namun dia harus dirasakan keberadaan di tengah anggotanya dan masyarakat pada umumnya.

Kader Bukan Anak Buah

Ada sebagian organisasi yang menganggap kader itu adalah anak buah, padahal yang tepat bukan anak buah tapi anak didik yang kelak akan menjadi penerus pergerakan sekaligus meneruskan gagasan-gagasan yang dibangun semasa dia menjadi pengurus.

Sedangkan anak buah adalah kaki tangan yang ada ketika majikannya ada dan otomatis tiada setelah majikannya tiada pula.

Seorang leader profesional selalu memosisikan rekan seperjuangannya sebagai teman berpikir dan bekerja.

Akhirnya kaderisasi itu hendaklah dilakukan sejak dini dan di semua lini, tidak perlu tergoda dengan basis massa, cukup untuk menjadi organisasi yang mapan dengan memelihara dan membina kader dengan masif walaupun sedikit.

Wallahu ‘alam

Refleksi Menjelang Pelantikan Tasykil PD. Pemuda Persis Kab. Sumedang Masa Jihad 2022-2025

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *