Oleh: Moh. Anis Romzi
Semua mulai dari bismillah. Ini adalah permulaan terbaik. Semua adalah milik-Nya. Ia Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Walaupun tidak wajib secara fikih, namun wajib secara tauhid. (Gus Baha dalam sebuah ceramah). Dia (Allah) adalah wajibul wujud. Mulai dengan menyebut nama-Nya sebagai bukti tanda cinta paling sederhana. Inilah awal penempatan gelombang diri. Kita (manusia) dibekali tuner dari-Nya. Hati itulah tempatnya.
Sifat Rahman-Nya tidak terbatas. Siapa saja yang dianugerahi kehidupan oleh-Nya diberi tanpa pilih kasih. Tidak perlu tahu dan ingat pada-Nya, tetap akan diberi. Betapa keagungan-Nya Maha tiada tara. Dia awal tanpa permulaan dan paling akhir tanpa berkesudahan. Sungguh tidak tahu diri apabila kita enggan bersyukur atas pemberian-Nya. Ia memberi tanpa perhitungan. Penempatan gelombang diri selanjutnya adalah rasa syukur kepada-Nya.
Tidak sesuatu pun di langit dan bumi yang dapat memberikan manfaat maupun bahaya kecuali dengan izin-Nya. Semuanya ada dalam kendali-Nya. Dia pemberi terang seluruh alam, sekaligus hak menggelapkannya. Keyakinan kepada-Nya adalah pertama lagi utama. Itu adalah fondasi kehidupan. Tiket untuk menghadap-Nya adalah iman. Dunia dan isinya tidak memiliki kuasa apapun tanpa izin-Nya.
Pasang pemancar dan tepatkan pada gelombang sinyal-Nya. Penepatan ini adalah dengan cara melaksanakan apa yang diperintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Inilah ketakwaan sebagai sarana untuk menuju gelombang-Nya. Ketakwaan akan memberikan solusi segala persoalan. Dia telah janjikan. Dan yang pasti Dia tidak akan ingkar janji. Rahmat-Nya akan dibuka tercurah dari langit dan memancar dari bumi. Ini jika gelombang diri kita tepat dengan gelombang-Nya.
Berikut cara menepatkan gelombang diri dengan gelombang rahman-Nya:
- Awali dengan kebaikan dengan menyebut-Nya. Ini adalah pintu masuk. Saya mengandaikan dengan tombol on-off. Bismilah dalam bentuk ucapan adalah bukti penghambaan dan cinta. Mulakan ini jangan sampai tertinggal.
- Salatlah dengan khusyu’. Salat adalah perintah wajib dari-Nya. Maka mendirikannya adalah pasti tepat dengan gelombang-Nya. Sungguh sangat beruntung yang mampu khusyu dalam salatnya. Ia benar-benar tepat. Salat pun juga mi’raj nya orang mukmin. Khusyu adalah penguat keberuntungan.
- Meninggalkan bicara yang sia-sia. Menepatkan gelombang diri dengan-Nya adalah menebar kemanfaatan. Berbahasa atau berbicara bagian dari itu. Mereka yang bicaranya hanya berorientasi pada kemanfaatan, dia sedang dalam pancaran gelombang yang tepat.
- Mengerjakan zakat. Ini adalah perintah ibadah sosial. Ia adalah sarana pembersih diri. Maka siapa saja yang ingin mendapat rahman-Nya wajib menyayangi dan mengasihi fakir dan miskin serta 6 golongan yang lainnya.
- Menjaga kemaluan. Ini adalah ibadah pengendalian diri. Bahwa kita dibekali syahwat hewani. Setiap manusia laki-laki normalnya tertarik pada lawan jenisnya. Maka menjaga dan mengendalikan syahwat wajib untuk mendapat pancaran gelombang-Nya. Dia mengizinkan hanya untuk para istri dan yang sah menurut aturan-Nya. Apabila lepas kendali dalam menjaga kemaluan, manusia tidak lebih baik dari binatang.
- Menunaikan amanat dan menepati janji. Dua hal yang berhubungan tanggung jawab. Siapa saja yang ingin gelombangnya tepat dengan-Nya wajib menunaikan amanat dan memenuhi janji kepada siapa saja.
- Menjaga salat dengan istikamah. Salat sebagai sarana langsung menuju gelombang-Nya. Salat harus dijaga konsistensinya. Kebaikan harus diulangi. Salat adalah halbyang dihitung pertama kali dari kita saat hidup di dunia.
Mereka yang dapat menepatkan gelombang diri dengan gelombang-Nya adalah pewaris surga. Surga firdaus sebagai tanda sifat penyayang-Nya. Hanya mereka yang tepat dengan gelombang-Nya yang akan mendapatkannya. Semoga gelombang diri kita tepat dengan gelombang rahman-Nya yang tak terbatas.
Jaya Makmur, Katingan, Kalteng. 7/2/2021