Oleh: Moh. Anis Romzi
“Wahai anak muda, kebenaran jangan menyerah.” Satu dialog dalam film Boboboy. Ujaran yang sangat khas dari Cik Gu Papa Zola.
JonSo masih dalam suasana liburan sekolah. Keduanya terus berpikir seperti apa masa depan mereka nantinya. Bagaimana kemungkinan yang akan muncul, pun hal-hal apa saja yang harus mereka siapkan untuk itu. Perenungan keduanya membawa pada sebuah harapan impian, kemajuan.
“Jika kamu dewasa kamu hendak menjadi apa,dik?”
“Ya, jadi oranglah. Masak jadi binatang?” Sodik menjawab sekenanya.
“Dasar Sodik! Aku serius.”
Dua anak desa, JonSo berdiskusi perihal cita dan impiannya. Suasana pedesaan yang tenang terkadang menghanyutkan. Keduanya bisa terlena dengan kenyamanan. Namun bukan berarti lupa kalau mereka adalah anak desa. Mereka ingin bertanggung jawab pada masa depannya, walaupun keduanya dianggap terbelakang di sekolahnya.
“Bagimu Jon, apa arti impianmu untuk masa depan?”
“Ini serius atau gojek?” Jono skeptis pada pertanyaan Sodik.
“Dua rius. Kita harus berpikir keras untuk menemukan arti impian kita?”
“Oke. Aku bermimpi saat aku dewasa, aku menjadi petani anti gagal. Aku ingin bangga menjadi petani.”Jono tampak dua rius ketika mengucapkan mimpinya kepada Sodik.
“Are you sure? Ah, kamu yakin mimpimu begitu,Jon?”
“Adakah impian yang lebih mulia selain menjadi petani anti gagal, dik?”Jono seperti ragu.
“Bagus itu. Saat ini bekerja sebagai petani adalah pilihan terakhir. Bahkan pandangan orang itu daripada nganggur.”
“Hah! Jangan menghina petani, dik. Bapakmu juga petani bukan?”Jono emosinya terpancing.
JonSo sengit berdebat perihal impian menjadi petani anti gagal. Jono merasa tersindir dengan ucapan Sodik yang seperti merendahkan pekerjaan petani. Sodik tetap tenang dalam perdebatan itu. Ia sengaja ingin memancing loyalitas Jono pada pekerjaan mayor masyarakat di desanya.
“Begini Jon. Kita harus mengakui bahwa pekerjaan bapak-bapak kita adalah petani. Itu sangat mulia. Aku setuju denganmu. Persoalannya adalah bapak-bapak kita bertani itu berdasar coba dan gagal. Malah sering gagal. Kamu lihat tanaman padi kita, sekarang banyak yang terserang hama. Kita masih belum menemukan solusinya.” Sodik agak panjang berbicara.
“Terus kalau kamu bagaimana? Apakah ada solus” Jono membalik Sodik.
“Jalan keluar selalu ada, Jon. Ilmu pengetahuan dan keterampilan. Bapak-bapak kita, termasuk kita juga tidak boleh berhenti belajar. Saatnya para petani kita itu juga berpengetahuan. Belajar tidak melulu di sekolah, melainkan di mana saja dan kapan saja.”
“Kira-kira mungkin apa tidak cita-cita menjadi petani anti gagal itu, dik?”
“Tidak ada yang tidak mungkin, Jon. Syaratnya ya belajar itu tadi. Dengan ilmu pengetahuan paling tidak kegagalan bisa disedikitkan. Atau berangkat dari kegagalan pertama tidak terulang. Itu ciri pembelajar.”
“Kamu kok pinter hari ini, dik?”
“Pintar ngomong saja.” Sodik menjawab santai.
Sampit-Kasongan-Sampit, Kalteng, 02/7/2021