Oleh: Moh. Anis Romzi
Jalan-jalan ke tepi hutan
Mencari daun dan kayu bakar
Ayo kita giatkan ibadah Ramadan
Untuk sambut malam Lailatul Qadar
“Cakep pantunmu dik, aku juga bisa lho.” Jono tak mau kalah.
“Ayo berbalas pantun kalau berani!” Tantang Sodik.
“Siapa takut. Aku pasti menang.” Jono tidak mau kalah.
Sore itu menjemput waktu berbuka di tepi sawah. Sodik tetiba berpantun. Tradisi yang sudah tidak lazim di kalangan para pelajar jaman now. Walaupun di bangku teori diajarkan namun belum menyatu di jiwa para pemuda Indonesia. Ternyata Sodik masih ada asa untuk berpantun. Jono pun terikut ingin berpantun pula.
Setiap hari belajar membaca
Dalam membaca mengeja huruf
Tidak sabar aku mendengar cerita
Lanjutan kisah Nabi Yusuf
“ Ah, kalau itu ya modus, Jon. Bilang saja kalau enggan membaca sendiri.” Sodik tanggap maksud Jono.
“He- he iya. Baju satu dibuat kain
Pergi ke pantai bermain pasir
Bagaimana kabar Bunyamin
Apakah jadi dibawa ke Mesir?” Jono masih bergaya dengan pantunnya.
“ Nah, aku menangkan. Jono dilawan. Kalau soal pantun aku sih iyes.” Jono tertawa.
Sore itu JonSo terlihat ceria sekali. Sambil ngabuburit di sawah keduanya beradu pantun. Suasana terik tidak mereka rasakan. Ada bahagia sederhana yang mereka buat sendiri. Orang lain hanya melihat dari jauh. Keduanya tidak peduli. Puasa di hari-hari akhir harus dinikmati. Kiranya itulah yang ada di benak mereka.
“ Maka saudara-saudara nabi Yusuf kembali ke kampungnya. Mereka bercerita kepada ayahnya (Yakub) perihal apa yang terjadi di Mesir.” Kali ini Sodik langsung melanjutkan kisahnya.
“Nabi Yusuf mengancam apabila mereka tidak membawa Bunyamin, saudara-saudaranya tidak akan mendapat jatah gandum lagi.”
“Nabi Yusuf bisa ya, menebarkan ancaman kepada saudara-saudara tuanya?” Jono mencoba kritis pada kisah yang disampaikan Sodik.
Keduanya larut dalam kisah yang diskusikan bersama. Ada dialog interaktif antara mereka. Waktu terasa kian cepat berjalan larut dalam kisah nabi Yusuf.
“Next, Sodik!”
Sodik,”????? Kemana Jon.” Sodik bingung.
“ Maksudku lanjutkan ceritanya, dik. Begitu saja kok tidak paham.” Jono ambil perintah kali ini.
Sodik agak nggondok kali ini. Ia diam saja tidak meladeni Jono.Ia mengalihkan pandangannya pada tanaman padi yang mulai meninggi. Kira-kira dua jengkal. Perkiraan umur padi itu sekitar 21 hari. Pasti saatnya sebentar lagi padi itu perlu pupuk. Pikirnya.
“ Kamu marah ya, dik? Apa ada yang salah dengan ucapanku?” Jono bertanya dua kali.
Sodik bergeming. Pandangannya tidak beralih dari tanaman padi di depannya. Sesekali ia menarik nafas panjang. Ia mulai menatap Jono lagi. Sementara itu Jono masih seperti asal. Tidak merasa bersalah.
“ Ayo, kita pulang!” Pungkas Sodik pendek.
Kali ini Jono yang dibuat bingung oleh Sodik.
Jaya Makmur, Katingan, Kalteng. 03/5/2021. Hari ke-22 Ramadan 1442 H.