Oleh: Ade Zaenudin
Satu saat, seorang pemuda Yahudi mengadu kepada Nabi Muhammad SAW bahwa dirinya telah ditampar oleh seorang pemuda Anshor. Nabi kemudian memanggil pemuda Anshor tersebut dan bertanya, kenapa kau tampar pemuda Yahudi ini? Pemuda Anshor menjawab bahwa dia lebih mengagungkan Nabi Musa dibanding engkau wahai Rasul. Rupanya pemuda Anshor tersinggung.
Mendengar pengakuan pemuda Anshor tersebut, justru Nabi malah membela pemuda Yahudi. Nabi berkata, jangan pernah membanding-bandingkan aku dengan para Nabi yang lain. Nabi pun menyampaikan kelebihan Nabi Musa As dibanding dirinya. Kata Nabi, Sesungguhnya pada hari kiamat semua manusia akan pingsan dan aku yang pertama kali bangun, namun ternyata Nabi Musa AS sudah lebih dahulu bangun berdiri berpegangan pada salah satu penyangga arsy.
Kisah ini menggambarkan betapa luhurnya akhlak Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak terbuai dengan sanjungan, padahal jelas-jelas Nabi Muhammad SAW adalah penghulunya para Nabi. Betapa tawadhunya Nabi Muhammad SAW sehingga tidak mau diposisikan lebih tinggi dibanding Nabi yang lain di mata umatnya.
Selain itu, pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah bahwa sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW senantiasa jernih dalam berpikir saat mengambil tindakan ketika dihadapkan pada sebuah persoalan, Nabi tidak pilih kasih, keputusannya tidak didasarkan pada like and dislike. Nabi tetap mengoreksi kesalahan walaupun yang bersangkutan adalah umat yang begitu mencintainya.
Semoga kita bisa meneladani keluhuran akhlak Nabi. Allohumma sholli wasallim alaih